EKSTRA

Kamis, 16 Agustus 2012

PENDIDIKAN DAN SEKOLAH


PENDIDIKAN DAN SEKOLAH


Tugas Materi Mata Kuliah Landasan Pendidikan
(MKP 112)



Dosen Pengampu:
Prof. Dr. AY. Soegeng, Ysh. M. Pd
Dr. Ghufron Abdullah, M. Pd










Disusun Oleh:
MUDHOFAR (11510017)









PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA (S2)
IKIP PGRI SEMARANG
2011




RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Program Pascasarjana         : IKIP PGRI Semarang
Program Studi                       : Manajemen Pendidikan
Jenjang                                   : Strata Dua (S2)
Mata Kuliah                          : Landasan Pendidikan
Bobot                                      : 2 SKS
Semester                                 : 1
Pertemuan                             : 1
Alokasi Waktu                       : 1 x 50 menit
Standar Kompetensi             : Memahami landasan pendidikan serta pendidikan dan  sekolah
Kompetensi Dasar                 : Memahami Pendidikan dan sekolah
A.      TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
1.         Menganalisis hubungan sekolah dengan masyarakat
2.         Mendeskripsikan hubungan antara sekolah dengan masyarakat
3.         Mendeskripsikan hubungan antara pendidikan dengan perkembangan kebudayaan
4.         Menjelaskan hubungan pendidikan dengan perubahan sosial budaya.


B.     MATERI PEMBELAJARAN

1.      Pendidikan dan Masyarakat

A.     Siklus Belajar Individu di Masyarakat

       Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat,karena apabila kita sadari arti pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruh upaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatan masyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik di rumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila segala sesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungan timbal balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat kita.
Bagi masyarakat sendiri hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak masing-masing periode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi.
Menurut konsep Randall Collins,1979 ( dalam Sanderson ,1993 : 489) ada tiga tipe dasar pendidikan yang hadir di seluruh dunia, yakni,
1. Pertama jenis pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikan yang dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikan kepada bentuk mata pencaharian masyarakat. Jenis pendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang masih sederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau juga masyarakat agraris awal.
2. Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan untuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hak istimewa (privilige) kelompok elit dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada umumnya pendidikan ini dirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis
dan sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan ini secara luas telah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat agraris dan industri.
3. Tipe pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahan untuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan serta berguna pula sebagai sarana sosiolisasi politik dari model pemerintahan kepada masyarakat awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya member penekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat dan derajat.
       Demikianlah tipe-tipe pendidikan tersebut telah mewarnai corak kehidupan masyarakat. Pada dasarnya ketiga jenis pendidikan di atas selalu hadir dalam setiap masyarakat hanya saja prosentasi penerapan salah satu karakter pendidikan berbanding searah dengan model masyarakat yang terbentuk. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata gelombang sejarah dunia juga menentukan model konfigurasi masyarakat dunia secara global dan hal ini juga memiliki pengaruh bagi iklim pendidikan. Pengaruh modernisasi di berbagai sektor kehidupan telah melahirkan karakter pendidikan yang hampir sama meskipun memiliki ciri khas tertentu di tiap-tiap negara pada akhir abad ke 20 an.
      Sebagaimana penuturan Tilaar (2003: 62) bahwa dalam masyarakat yang sudah maju, proses pendidikan sebagian dilaksanakan dalam lembaga pendidikan yang disebut sekolah dan pendidikan dalam lembaga-lembaga tersebut merupakan suatu kegiatan yang lebih teratur dan terdeferensiasi. Inilah pendidikan formal yang biasa dikenal oleh masyarakat sebagai “schooling”.
B. Fungsi-fungsi Sekolah
Secara mendasar sekolah bertugas untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang diperlukan seseorang agar ia dapat menapaki perjalanan kedewasaannya secara utuh dan tersalurkannya bakat-bakat potensial yang ia miliki. Namun dalam konteks sosial pada kenyataannya sekolah mempunyai beberapa fungsi yakni:
1. Sekolah mempersiapkan seseorang untuk mendapat suatu pekerjaan
2. Sebagai alat transmisi kebudayaan
3. Sekolah mengajarkan peranan sosial
4. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan
5. Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib
6. Menciptakan integrasi sosial
7. Kontrol Sosial Pendidikan



C. Perubahan Sosial dan Pendidikan
       Telah banyak dibicarakan oleh publik bahwa masyarakat kita saat ini tidak pernah lepas dari gejala perubahan. Namun karena gejala tersebut memiliki intensitas yang begitu kuat maka banyak pihak yang mengkhawatirkan ketangguhan “daya tangkal” nilai-nilai masyarakat yang telah mapan menjadi goyah lalu perlahan-lahan akan mengalami pemudaran. Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak jaman dulu. Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat.
       Telah menjadi hukum alam bahwa masyarakat memiliki perbedaan dalam adopsi setiap perubahan ataupun inovasi baru. Ada masyarakat yang sangat cepat mengadopsi suatu perubahan, ada yang lambat bahkan ada yang sangat skeptik, di samping yang terjadi pada kebanyakan anggota masyarakat umumnya. Hal ini terjadi, karena anggota masyarakat memiliki perbedaan kesiapan untuk menerima perubahan itu, sebagai akibat dari adanya variasi pengetahuan, cara berpikir, sikap, variasi personalitas, pengalaman, selain kesesuaiannya antara nilai yang ia miliki dengan nilai baru yang ditawarkan. Selain karakteristik yang dimiliki oleh seseorang atau suatu  masyarakat, faktor referensi atau panutan juga berperanan penting dalam adopsi perubahan itu. Unsur-unsur yang dapat dijadikan referensi oleh seseorang atau masyarakat terhadap proses adopsi perubahan itu di antaranya adalah, (1) orang tua (2) pemuka masyarakat baik formal mupun non-formal, (3) teman dekat, (4) figur idola, dan (5) orang yang paling berpengaruh terhadap diri seseorang.
       Sementara kalau kita sadari perubahan budaya manusia melekat dengan perubahan alam dan jaman. Pada era teknologi suatu masyarakat akan ketinggalan apabila masyarakat itu tidak menerapkan teknologi dalam tatanan hidup mereka. Bahkan teknologi telah terbukti membawa tingkat efisiensi dan kemakmuran masyarakat, karena sifat dari teknologi itu yang pada dasarnya memburu perolehan nilai tambah perubahan budaya itu pada dasarnya adalah untuk adaptasi terhadap perubahan alam dan jaman agar manusia tetap mampu mempertahankan eksistensi hidup mereka. Meskipun kekayaan sumber daya alam bukan faktor penentu terhadap kemajuan suatu masyarakat dibandingkan dengan kekayaan sumber daya manusia tetapi semakin berkurangnya daya dukung potensi sumber daya alam dibanding dengan tuntutan kebutuhan manusia yang jumlahnya semakin besar tetap akan berdampak terhadap terjadinya perubahan pola hidup manusia.


2.      Pendidikan dan Kebudayaan
       Sudah lama banyak orang mempertanyakan pendidikan kita, mengapa hasilnya tidak memperkuat dan mengembangkan budaya sendiri? Mengapa bangsa kita mudah larut dalam pengaruh budaya yang datang dari luar? Mengapa budaya asli kita tidak dapat menahan banjir bandang globalisasi yang datang? Pendidikan kita selama ini menjadi sarana pewarisan budaya atau tidak?
       Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang erat yang berkenaan dengan hal nilai-nilai (HAR Tilaar, 1998:7). Menurut Tylor telah terjalin tiga pengertian: manusia, masyarakat, budaya sebagai tiga dimensi dalam hal yang sama. Pendidikan tidak terlepas dari kebudayaan dan hanya terlaksana dalam suatu masyarakat. Kebudayaan memiliki tiga unsur penting, yaitu sebagai tata kehidupan (order), sebagai proses, dan kebudayaan mempunyai visi tertentu. Maka pendidikan berada dalam maksud tersebut sebagai bagian dari proses pembudayaan.
       Analogi kausal: Tidak ada suatu proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat, tidak ada suatu kebudayaan dalam pengertian suatu proses tanpa pendidikan, proses kebudayaan dan pendidikan hanya dapat terjadi di dalam hubungan antarmanusia dalam suatu masyarakat tertentu. Kebudayaan dibedakan antara kebudayaan (culture) dengan peradaban atau sipilisasi (civilization). Kebudayaan sebagai kultur adalah pengertian intrinsik dari budaya sebuah masyarakat atau sebuah bangsa, sementara dalam sipilisasi berarti terarah pada masyarakat modern yaitu kehidupan masyarakat yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan peningkatan nilai-nilai kemanusiaan (humanisasi).
      Pendidikan dikaitkan dengan proses pembudayaan dan peradaban. Tidak mungkin peradaban dibangun tanpa budaya, namun budaya dapat dikembangkan tanpa perlu modernisasi. Berarti pendidikan adalah proses yang menggabungkan konsep membangun peradaban dan mengembangkan budaya kemanusiaan (a culture and civilized human being).
Budaya menurut antropologi adalah dasar terbentuknya kepribadian manusia. Budaya membentuk identitas seseorang, identitas masyarakat, dan identitas suatu bangsa. Pendidikan sebagai suatu proses merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam suatu masyarakat, pendidikan memiliki visi kehidupan hidup dalam masyarakat. Pendidikan adalah proses menaburkan benih-benih budaya dam peradaban manusia yang hidup yang dinafasi nilai-nilai atau visi yang berkembang dalam masyarakat. Kebudayaan adalah proses, yang berarti selalu berada dalam mode transformasi. Budaya yang tidak mengalami transformasi adalah budaya yang mati.
      Pendidikan dituntut untuk dapat mengurangi adanya kesenjangan budaya, hal ini dapat dicapai, antara lain dengan:
1.         Pendidik (guru) yang memiliki wawasan luas tentang keadaan social budaya  manusia (masyarakat, bangsa dan Negara).
2.         Pendidik (guru) yang memiliki pandangan lintas-budaya agar mampu mengembangkan jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa serta kerjasama antar bangsa.
3.         Secara umum pendidik (guru) dituntut memiliki paham inklusif (bukan eksklusif), mampu menampung dan merangkul berbagai unsure budaya yang berbeda, berjiwa pluralis (kemajemukan), dan toleran. (Wiwik Kusdaryani, Trimo, 2009:34)
3.      Pendidikan dan Perubahan Sosial Budaya

      Pada dasarnya pendidikan harus memahami belajar dari, dan mengantisipasi perubahan. Ada tiga hal faktor utama terjadinya perubahan sosial budaya, yaitu: perkembangan IPTEK, perkembangan penduduk, dan perkembangan lingkungan.
1.      Perkembangan IPTEK
Dalam hubungannya dengan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung tanggung jawab untuk membudayakan eksistensi kehidupan manusia. Artinya: dengan peralatan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia semakin lebih berpeluang untuk menciptakan perubahan-perubahan yang bermanfaat bagi kehidupan yang lebih berkembang dan maju. Perkembangan di bidang ilmu pengetahuan misalnya, telah mampu memberikan manusia paradigma-paradigma yang baru. Sebagai contoh: dulunya manusia menganggap bahwa adalah mustahil kita bisa sampai ke bulan, namun ternyata pada abad 20 karena pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, orang bisa merakit sebuah pesawat dan bisa sampai di bulan (pesawat Apollo yang dikendarai Neil Amstrong dapat sampai ke bulan).
Selain itu, dengan teknologi, pendidikan mampu membuat perubahan; dan dengan pendidikan, teknologi diharapakan mampu membuat kehidupan semakin berkembang dan maju. Berkembang dan maju dalam arti bernilai kultural manusiawi, sehingga segala kebutuhan hidup dapat lebih mudah dicukupi dan dapat dimanfaatkan secara adil dan merata. Dengan pendidikan teknologi jalan menuju kesejahteraan umum semakin terbuka. (Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan; Ar Ruzz Media: Yogyakarta, 2009), hal. 111.
       Dengan adanya teknologi, manusia mampu menciptakan berbagai mesin dan alat-alat elektronik yang bisa menunjang pendidikan. Misalnya: mesin foto copy, komputer, LCD, internet dan lainnya. Tentunya semua sarana ini sangat memberikan sumbangan yang berarti bagi pendidikan manusia sehingga pola pikir manusia bisa berkembang dan maju dalam segala segi kehidupan manusia.
      Dengan pesatnya perkembangan IPTEK tersebut mengakibatkan banyak mata pelajaran (bidang studi) di sekolah-sekolah menjadi ketinggalan zaman, perlu diubah, disesuaikan, bahkan bila perlu ditinggalkan. Implikasi dan pesatnya perkembangan IPTEK harus disikapi oleh pendidik (guru) dengan beberapa hal:
1.      Pendidik (guru) hendaknya selalu mengikutiperkembangan IPTEK, dengan senantiasa “membaca” dan belajar terus (no limit to mlearning).
2.      Pendidik hendaknya menguasai sumber dan pusat sumber belajar serta sumber informasi (perpustakaan, radio, surat kabar, TV, video, komputer, internet).
3.      Pendidik hendaknya juga memahami tentang masalah lapangan kerja, kehidupan polotik dan ekonomi.
4.      Pendidik hendaknya menguasai teknik-teknik pembelajaran (metode, strategi, model, dan pendekatan), termasuk pembelajaran orang dewasa dan pendidikan sepanjang hayat.
Pada dasarnya guru harus pinter (pandai, bukan keminter), yaitu memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam, sekalipun minder (terendahkan) karena kehidupan ekonomi dan kesejahteraannya kurang terjamin. (Wiwik Kusdaryani, Trimo, 2009:34).
2.      Pertumbuhan penduduk
       Meningkatnya jumlah penduduk tidak terlepas dari perkembangan IPTEK. Dengan kemajuan IPTEK pelayanan kesehatan menjadi lebih baik, angka kematian (mortaliats) dapat ditekan, usia rata-rata makin meningkat. Meningkatnya jum lah penduduk akan meningkatkan jumlah anak usia sekolah, berarti meningkatkan beban dan tanggung jawab pendidikan. Meningkatnya jumlah penduduk juga menyebabkan terjadinya urbanisasi yang menimbulkan masalah social di kota, termasuk masalah pendidikan. Sebaliknya, pendidikan (yang lebih maju di kota-kota) juga menjadi penyebab urbanisasi, sehingga penyelenggaraan pendidikan lebih terpusat di kota-kota.        Desa-desa ditinggalkan oleh penduduk yang berpendidikan, kehilangan sumber daya manusia, menjadi daerah terpencil, terpinggirkan dan tertinggal serta terisolasi dalam pendidikan.
       Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa peningkatan jumlah penduduk telah menimbulkan masalah pendidikan, baik di kota-kota, maupun di desa-desa. Untuk itu diperlukan adanya pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan itu antara lain dapat berupa:
a.       Diselenggarakannya pendidikan jarak jauh, sehingga penduduk desa-desa terpencil tidak perlu meninggalkan tempat tinggal dan pekerjaannya.
b.      Diselenggarakan Universitas Terbuka (UT), untuk menampung mereka yang sudah bekerja dan ingin melanjutkan kuliah, tanpa meninggalkan tempat dan pekerjaannya.
c.       Untuk daerah terpencil yang sedikit penduduknya dapat diselenggarakan Sekolah Dasar Kecil, dengan jumlah guru dan ruang terbatas, dibantu tutor dan modul. (Wiwik Kusdaryani, Trimo, 2009:35-36).  
3.      Perkembangan lingkungan hidup
      Perusakan lingkungan hidup turut berpengaruh terhadap pendidikan, sebaliknya pendidikan diharapkan mampu melestarikan lingkungan hidup. Lingkungan hidup dapt dirusak dengan adanya (a) penebangan hutan yang tidak terkontrol, (b) pembuangan limbah industry yang tidak mengikuti aturan, (c) pemakaian pupuk dan obat-obatan yang tidak wajar. Hal-hal tersebut dapat ditanggulangi dengan penyadaran lewat pendidikan. (Wiwik Kusdaryani, Trimo, 2009:36).
C.    METODE dan MODEL PEMBELAJARAN
v  Metode Pembelajaran: Metode pembelajaran yang digunakan meliputi diskusi informasi.
v  Model Pembelajaran: Model pembelajaran yang digunakan adalah TGT (Time-Groups-Tournamen), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Penyampaian informasi
2.    Kelompok-kelompok diskusi
3.    Presentasi kelompok
4.    Skoring
5.    Tugas

D.    KEGIATAN PEMBELAJARAN
1.      Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi dan motivasi
-       Mempersiapkan mahasiswa secara psikologis dan fisik untuk berpartisipasi dalam proses belajar;
-       Dosen menyampaikan tujuan kegiatan belajar dan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2.      Kegiatan Inti
a.       Eksplorasi
1)      Dosen memberikan pendahuluan materi tentang pendidikan dan masyarakat;
2)      Dosen membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok belajar dan memberikan informasi agar mahasiswa membaca literatur.
b.      Elaborasi
-       Memfasilitasi mahasiswa untuk mendiskusikan dalam kelompok tentang pendidikan dan masyarakat;
-       Memfasilitasi mahasiswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok;
-       Menyediakan kesempatan bagi setiap kelompok untuk menanggapi presentasi.
c.       Konfirmasi
-       Menyediakan konfirmasi hasil eksplorasi dan elaborasi dari mahasiswa melalui berbagai sumber;
-       Memfasilitasi mahasiswa sebagai sumber daya dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan dari para mahasiswa yang menghadapi kesulitan.
3.      Penutup
-       Dosen bersama mahasiswa membuat kesimpulan apa yang telah didiskusikan dalam kelompok;
-       Memberikan umpan balik pada proses dan hasil pembelajaran serta refleksi kegiatan yang telah dilaksanakan.
E.     MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar adalah penyampaian materi.



F.     BAHAN AJAR
Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran:
-       Buku teks perguruan tinggi (Wiwik kusdaryani dan Trimo, 2009, Landasan Kependidikan, Semarang, IKIP PGRI Semarang Pers)
G.    PENILAIAN
Ø  Uji kemampuan penguasaan materi
1.      Jelaskan hubungan antara sekolah dengan masyarakat;
2.      Sebutkan fungsi-fungsi sekolah dalam kehidupan masyarakat;
3.      Apa pengaruh perubahan sosial terhadap pendidikan;
4.      Jelaskan hubungan kebudayaan dengan pendidikan.
Ø  Presentasi
DAFTAR PUSTAKA
-          Drijarkara. 1980. Drijarkara tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
-          Suparlan Suhartono. 2009. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
-          Wiwik Kusdaryani, Trimo. Landasan Kependidikan, Semarang, IKIP PGRI Press.


      

1 komentar: