PENDIDIKAN
DAN SEKOLAH
Tugas
Materi Mata Kuliah Landasan Pendidikan
(MKP
112)
Dosen
Pengampu:
Prof.
Dr. AY. Soegeng, Ysh. M. Pd
Dr.
Ghufron Abdullah, M. Pd
Disusun
Oleh:
MUDHOFAR (11510017)
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCA SARJANA (S2)
IKIP
PGRI SEMARANG
2011
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Program Pascasarjana : IKIP PGRI Semarang
Program Studi : Manajemen Pendidikan
Jenjang : Strata Dua
(S2)
Mata Kuliah : Landasan Pendidikan
Bobot : 2 SKS
Semester : 1
Pertemuan : 1
Alokasi Waktu : 1 x 50 menit
Standar
Kompetensi : Memahami landasan
pendidikan serta pendidikan dan sekolah
Kompetensi Dasar :
Memahami Pendidikan dan sekolah
A.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
Setelah
mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
1.
Menganalisis
hubungan sekolah dengan masyarakat
2.
Mendeskripsikan
hubungan antara sekolah dengan masyarakat
3.
Mendeskripsikan
hubungan antara pendidikan dengan perkembangan kebudayaan
4.
Menjelaskan
hubungan pendidikan dengan perubahan sosial budaya.
B. MATERI
PEMBELAJARAN
1.
Pendidikan dan
Masyarakat
A. Siklus Belajar Individu di Masyarakat
Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat,karena
apabila kita sadari arti pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada
generasi muda maka seluruh upaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh
kekuatan-kekuatan masyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari
merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik di rumah, sekolah, tempat
permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila segala sesuatu yang
kita ketahui adalah hasil hubungan timbal balik yang ternyata sudah sedemikian
rupa dibentuk oleh masyarakat kita.
Bagi masyarakat sendiri hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi
kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat
melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan
nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang
diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya
meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak
masing-masing periode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan, secara
khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan
sebagai proses sosialisasi.
Menurut
konsep Randall Collins,1979 ( dalam Sanderson ,1993 : 489) ada tiga tipe dasar
pendidikan yang hadir di seluruh dunia, yakni,
1. Pertama jenis pendidikan keterampilan dan praktis, yakni
pendidikan yang dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan maupun
kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikan kepada bentuk mata
pencaharian masyarakat. Jenis pendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang
masih sederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau juga masyarakat
agraris awal.
2. Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan
untuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hak istimewa (privilige)
kelompok elit dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada umumnya
pendidikan ini dirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis
dan
sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan
esoterik. Pendidikan ini secara luas telah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat
agraris dan industri.
3. Tipe pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahan
untuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan
pemerintahan serta berguna pula sebagai sarana sosiolisasi politik dari model
pemerintahan kepada masyarakat awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya member
penekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat dan derajat.
Demikianlah tipe-tipe pendidikan
tersebut telah mewarnai corak kehidupan masyarakat. Pada dasarnya ketiga jenis
pendidikan di atas selalu hadir dalam setiap masyarakat hanya saja prosentasi
penerapan salah satu karakter pendidikan berbanding searah dengan model
masyarakat yang terbentuk. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata
gelombang sejarah dunia juga menentukan model konfigurasi masyarakat dunia
secara global dan hal ini juga memiliki pengaruh bagi iklim pendidikan.
Pengaruh modernisasi di berbagai sektor kehidupan telah melahirkan karakter
pendidikan yang hampir sama meskipun memiliki ciri khas tertentu di tiap-tiap
negara pada akhir abad ke 20 an.
Sebagaimana penuturan Tilaar (2003: 62)
bahwa dalam masyarakat yang sudah maju, proses pendidikan sebagian dilaksanakan
dalam lembaga pendidikan yang disebut sekolah dan pendidikan dalam
lembaga-lembaga tersebut merupakan suatu kegiatan yang lebih teratur dan
terdeferensiasi. Inilah pendidikan formal yang biasa dikenal oleh masyarakat
sebagai “schooling”.
B. Fungsi-fungsi Sekolah
Secara
mendasar sekolah bertugas untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang diperlukan seseorang agar ia dapat menapaki perjalanan
kedewasaannya secara utuh dan tersalurkannya bakat-bakat potensial yang ia
miliki. Namun dalam konteks sosial pada kenyataannya sekolah mempunyai beberapa
fungsi yakni:
1. Sekolah mempersiapkan seseorang untuk mendapat suatu
pekerjaan
2. Sebagai alat transmisi kebudayaan
3. Sekolah mengajarkan peranan sosial
4. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan
5. Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib
6. Menciptakan integrasi sosial
7. Kontrol Sosial Pendidikan
C. Perubahan Sosial dan Pendidikan
Telah banyak dibicarakan oleh publik
bahwa masyarakat kita saat ini tidak pernah lepas dari gejala perubahan. Namun
karena gejala tersebut memiliki intensitas yang begitu kuat maka banyak pihak
yang mengkhawatirkan ketangguhan “daya tangkal” nilai-nilai masyarakat yang
telah mapan menjadi goyah lalu perlahan-lahan akan mengalami pemudaran.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak jaman dulu. Namun dewasa ini
perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat.
Telah menjadi hukum alam bahwa
masyarakat memiliki perbedaan dalam adopsi setiap perubahan ataupun inovasi
baru. Ada masyarakat yang sangat cepat mengadopsi suatu perubahan, ada yang
lambat bahkan ada yang sangat skeptik, di samping yang terjadi pada kebanyakan
anggota masyarakat umumnya. Hal ini terjadi, karena anggota masyarakat memiliki
perbedaan kesiapan untuk menerima perubahan itu, sebagai akibat dari adanya
variasi pengetahuan, cara berpikir, sikap, variasi personalitas, pengalaman,
selain kesesuaiannya antara nilai yang ia miliki dengan nilai baru yang
ditawarkan. Selain karakteristik yang dimiliki oleh seseorang atau suatu masyarakat, faktor referensi atau panutan
juga berperanan penting dalam adopsi perubahan itu. Unsur-unsur yang dapat
dijadikan referensi oleh seseorang atau masyarakat terhadap proses adopsi
perubahan itu di antaranya adalah, (1) orang tua (2) pemuka masyarakat baik
formal mupun non-formal, (3) teman dekat, (4) figur idola, dan (5) orang yang
paling berpengaruh terhadap diri seseorang.
Sementara kalau kita sadari perubahan
budaya manusia melekat dengan perubahan alam dan jaman. Pada era teknologi
suatu masyarakat akan ketinggalan apabila masyarakat itu tidak menerapkan
teknologi dalam tatanan hidup mereka. Bahkan teknologi telah terbukti membawa
tingkat efisiensi dan kemakmuran masyarakat, karena sifat dari teknologi itu
yang pada dasarnya memburu perolehan nilai tambah perubahan budaya itu pada
dasarnya adalah untuk adaptasi terhadap perubahan alam dan jaman agar manusia
tetap mampu mempertahankan eksistensi hidup mereka. Meskipun kekayaan sumber
daya alam bukan faktor penentu terhadap kemajuan suatu masyarakat dibandingkan
dengan kekayaan sumber daya manusia tetapi semakin berkurangnya daya dukung
potensi sumber daya alam dibanding dengan tuntutan kebutuhan manusia yang
jumlahnya semakin besar tetap akan berdampak terhadap terjadinya perubahan pola
hidup manusia.
2.
Pendidikan
dan Kebudayaan
Sudah lama banyak orang mempertanyakan
pendidikan kita, mengapa hasilnya tidak memperkuat dan mengembangkan budaya
sendiri? Mengapa bangsa kita mudah larut dalam pengaruh budaya yang datang dari
luar? Mengapa budaya asli kita tidak dapat menahan banjir bandang globalisasi
yang datang? Pendidikan kita selama ini menjadi sarana pewarisan budaya atau
tidak?
Antara pendidikan dan kebudayaan
terdapat hubungan yang erat yang berkenaan dengan hal nilai-nilai (HAR Tilaar,
1998:7). Menurut Tylor telah terjalin tiga pengertian: manusia, masyarakat,
budaya sebagai tiga dimensi dalam hal yang sama. Pendidikan tidak terlepas dari
kebudayaan dan hanya terlaksana dalam suatu masyarakat. Kebudayaan memiliki
tiga unsur penting, yaitu sebagai tata kehidupan (order), sebagai proses, dan
kebudayaan mempunyai visi tertentu. Maka pendidikan berada dalam maksud
tersebut sebagai bagian dari proses pembudayaan.
Analogi kausal: Tidak ada suatu proses pendidikan
tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat, tidak ada suatu kebudayaan dalam
pengertian suatu proses tanpa pendidikan, proses kebudayaan dan pendidikan
hanya dapat terjadi di dalam hubungan antarmanusia dalam suatu masyarakat
tertentu. Kebudayaan dibedakan antara kebudayaan (culture) dengan peradaban
atau sipilisasi (civilization). Kebudayaan sebagai kultur adalah pengertian
intrinsik dari budaya sebuah masyarakat atau sebuah bangsa, sementara dalam
sipilisasi berarti terarah pada masyarakat modern yaitu kehidupan masyarakat
yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan peningkatan
nilai-nilai kemanusiaan (humanisasi).
Pendidikan dikaitkan dengan proses
pembudayaan dan peradaban. Tidak mungkin peradaban dibangun tanpa budaya, namun
budaya dapat dikembangkan tanpa perlu modernisasi. Berarti pendidikan adalah
proses yang menggabungkan konsep membangun peradaban dan mengembangkan budaya
kemanusiaan (a culture and civilized human being).
Budaya menurut antropologi adalah dasar terbentuknya
kepribadian manusia. Budaya membentuk identitas seseorang, identitas masyarakat,
dan identitas suatu bangsa. Pendidikan sebagai suatu proses merupakan interaksi
antara pendidik dan peserta didik dalam suatu masyarakat, pendidikan memiliki
visi kehidupan hidup dalam masyarakat. Pendidikan adalah proses menaburkan
benih-benih budaya dam peradaban manusia yang hidup yang dinafasi nilai-nilai
atau visi yang berkembang dalam masyarakat. Kebudayaan adalah proses, yang
berarti selalu berada dalam mode transformasi. Budaya yang tidak mengalami
transformasi adalah budaya yang mati.
Pendidikan dituntut untuk dapat mengurangi adanya kesenjangan budaya, hal ini dapat dicapai, antara lain dengan:
Pendidikan dituntut untuk dapat mengurangi adanya kesenjangan budaya, hal ini dapat dicapai, antara lain dengan:
1.
Pendidik (guru) yang memiliki wawasan luas
tentang keadaan social budaya manusia
(masyarakat, bangsa dan Negara).
2.
Pendidik (guru) yang memiliki pandangan
lintas-budaya agar mampu mengembangkan jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan
bangsa serta kerjasama antar bangsa.
3.
Secara umum pendidik (guru) dituntut memiliki
paham inklusif (bukan eksklusif), mampu menampung dan merangkul
berbagai unsure budaya yang berbeda, berjiwa pluralis (kemajemukan), dan
toleran. (Wiwik Kusdaryani, Trimo, 2009:34)
3.
Pendidikan
dan Perubahan Sosial Budaya
Pada dasarnya
pendidikan harus memahami belajar dari, dan mengantisipasi perubahan. Ada tiga
hal faktor utama terjadinya perubahan sosial budaya, yaitu: perkembangan IPTEK,
perkembangan penduduk, dan perkembangan lingkungan.
1.
Perkembangan
IPTEK
Dalam hubungannya dengan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi
mendukung tanggung jawab untuk membudayakan eksistensi kehidupan manusia.
Artinya: dengan peralatan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia semakin lebih
berpeluang untuk menciptakan perubahan-perubahan yang bermanfaat bagi kehidupan
yang lebih berkembang dan maju. Perkembangan di bidang ilmu pengetahuan
misalnya, telah mampu memberikan manusia paradigma-paradigma yang baru. Sebagai
contoh: dulunya manusia menganggap bahwa adalah mustahil kita bisa sampai ke
bulan, namun ternyata pada abad 20 karena pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, orang bisa merakit sebuah pesawat dan bisa sampai di
bulan (pesawat Apollo yang dikendarai Neil Amstrong dapat sampai ke bulan).
Selain itu, dengan teknologi, pendidikan mampu membuat perubahan; dan dengan pendidikan, teknologi diharapakan mampu membuat kehidupan semakin berkembang dan maju. Berkembang dan maju dalam arti bernilai kultural manusiawi, sehingga segala kebutuhan hidup dapat lebih mudah dicukupi dan dapat dimanfaatkan secara adil dan merata. Dengan pendidikan teknologi jalan menuju kesejahteraan umum semakin terbuka. (Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan; Ar Ruzz Media: Yogyakarta, 2009), hal. 111.
Dengan adanya teknologi, manusia mampu menciptakan berbagai mesin dan alat-alat elektronik yang bisa menunjang pendidikan. Misalnya: mesin foto copy, komputer, LCD, internet dan lainnya. Tentunya semua sarana ini sangat memberikan sumbangan yang berarti bagi pendidikan manusia sehingga pola pikir manusia bisa berkembang dan maju dalam segala segi kehidupan manusia.
Selain itu, dengan teknologi, pendidikan mampu membuat perubahan; dan dengan pendidikan, teknologi diharapakan mampu membuat kehidupan semakin berkembang dan maju. Berkembang dan maju dalam arti bernilai kultural manusiawi, sehingga segala kebutuhan hidup dapat lebih mudah dicukupi dan dapat dimanfaatkan secara adil dan merata. Dengan pendidikan teknologi jalan menuju kesejahteraan umum semakin terbuka. (Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan; Ar Ruzz Media: Yogyakarta, 2009), hal. 111.
Dengan adanya teknologi, manusia mampu menciptakan berbagai mesin dan alat-alat elektronik yang bisa menunjang pendidikan. Misalnya: mesin foto copy, komputer, LCD, internet dan lainnya. Tentunya semua sarana ini sangat memberikan sumbangan yang berarti bagi pendidikan manusia sehingga pola pikir manusia bisa berkembang dan maju dalam segala segi kehidupan manusia.
Dengan pesatnya
perkembangan IPTEK tersebut mengakibatkan banyak mata pelajaran (bidang studi)
di sekolah-sekolah menjadi ketinggalan zaman, perlu diubah, disesuaikan, bahkan
bila perlu ditinggalkan. Implikasi dan pesatnya perkembangan IPTEK harus
disikapi oleh pendidik (guru) dengan beberapa hal:
1.
Pendidik
(guru) hendaknya selalu mengikutiperkembangan IPTEK, dengan senantiasa
“membaca” dan belajar terus (no limit to mlearning).
2.
Pendidik
hendaknya menguasai sumber dan pusat sumber belajar serta sumber informasi
(perpustakaan, radio, surat kabar, TV, video, komputer, internet).
3.
Pendidik
hendaknya juga memahami tentang masalah lapangan kerja, kehidupan polotik dan
ekonomi.
4.
Pendidik
hendaknya menguasai teknik-teknik pembelajaran (metode, strategi, model, dan
pendekatan), termasuk pembelajaran orang dewasa dan pendidikan sepanjang hayat.
Pada dasarnya guru harus pinter (pandai, bukan keminter), yaitu
memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam, sekalipun minder (terendahkan)
karena kehidupan ekonomi dan kesejahteraannya kurang terjamin. (Wiwik
Kusdaryani, Trimo, 2009:34).
2.
Pertumbuhan
penduduk
Meningkatnya jumlah
penduduk tidak terlepas dari perkembangan IPTEK. Dengan kemajuan IPTEK
pelayanan kesehatan menjadi lebih baik, angka kematian (mortaliats)
dapat ditekan, usia rata-rata makin meningkat. Meningkatnya jum lah penduduk
akan meningkatkan jumlah anak usia sekolah, berarti meningkatkan beban dan
tanggung jawab pendidikan. Meningkatnya jumlah penduduk juga menyebabkan
terjadinya urbanisasi yang menimbulkan masalah social di kota, termasuk masalah
pendidikan. Sebaliknya, pendidikan (yang lebih maju di kota-kota) juga menjadi
penyebab urbanisasi, sehingga penyelenggaraan pendidikan lebih terpusat di
kota-kota. Desa-desa ditinggalkan
oleh penduduk yang berpendidikan, kehilangan sumber daya manusia, menjadi
daerah terpencil, terpinggirkan dan tertinggal serta terisolasi dalam
pendidikan.
Berdasarkan uraian
diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa peningkatan jumlah penduduk telah
menimbulkan masalah pendidikan, baik di kota-kota, maupun di desa-desa. Untuk
itu diperlukan adanya pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan itu antara
lain dapat berupa:
a.
Diselenggarakannya
pendidikan jarak jauh, sehingga penduduk desa-desa terpencil tidak perlu
meninggalkan tempat tinggal dan pekerjaannya.
b.
Diselenggarakan
Universitas Terbuka (UT), untuk menampung mereka yang sudah bekerja dan ingin
melanjutkan kuliah, tanpa meninggalkan tempat dan pekerjaannya.
c.
Untuk
daerah terpencil yang sedikit penduduknya dapat diselenggarakan Sekolah Dasar
Kecil, dengan jumlah guru dan ruang terbatas, dibantu tutor dan modul. (Wiwik
Kusdaryani, Trimo, 2009:35-36).
3.
Perkembangan
lingkungan hidup
Perusakan lingkungan
hidup turut berpengaruh terhadap pendidikan, sebaliknya pendidikan diharapkan
mampu melestarikan lingkungan hidup. Lingkungan hidup dapt dirusak dengan
adanya (a) penebangan hutan yang tidak terkontrol, (b) pembuangan limbah
industry yang tidak mengikuti aturan, (c) pemakaian pupuk dan obat-obatan yang
tidak wajar. Hal-hal tersebut dapat ditanggulangi dengan penyadaran lewat
pendidikan. (Wiwik Kusdaryani, Trimo, 2009:36).
C.
METODE dan MODEL PEMBELAJARAN
v Metode Pembelajaran: Metode pembelajaran yang digunakan meliputi
diskusi informasi.
v Model Pembelajaran: Model pembelajaran yang digunakan adalah TGT (Time-Groups-Tournamen),
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Penyampaian
informasi
2.
Kelompok-kelompok
diskusi
3.
Presentasi
kelompok
4.
Skoring
5.
Tugas
D.
KEGIATAN PEMBELAJARAN
1.
Kegiatan
Pendahuluan
Apersepsi dan motivasi
-
Mempersiapkan
mahasiswa secara psikologis dan fisik untuk berpartisipasi dalam proses
belajar;
-
Dosen
menyampaikan tujuan kegiatan belajar dan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2.
Kegiatan
Inti
a.
Eksplorasi
1)
Dosen
memberikan pendahuluan materi tentang pendidikan dan masyarakat;
2)
Dosen
membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok belajar dan memberikan informasi
agar mahasiswa membaca literatur.
b.
Elaborasi
-
Memfasilitasi
mahasiswa untuk mendiskusikan dalam kelompok tentang pendidikan dan masyarakat;
-
Memfasilitasi
mahasiswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok;
-
Menyediakan
kesempatan bagi setiap kelompok untuk menanggapi presentasi.
c.
Konfirmasi
-
Menyediakan
konfirmasi hasil eksplorasi dan elaborasi dari mahasiswa melalui berbagai
sumber;
-
Memfasilitasi
mahasiswa sebagai sumber daya dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan dari
para mahasiswa yang menghadapi kesulitan.
3.
Penutup
-
Dosen
bersama mahasiswa membuat kesimpulan apa yang telah didiskusikan dalam
kelompok;
-
Memberikan
umpan balik pada proses dan hasil pembelajaran serta refleksi kegiatan yang
telah dilaksanakan.
E.
MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar adalah
penyampaian materi.
F.
BAHAN AJAR
Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran:
-
Buku
teks perguruan tinggi (Wiwik kusdaryani dan Trimo, 2009, Landasan
Kependidikan, Semarang, IKIP PGRI Semarang Pers)
G.
PENILAIAN
Ø Uji kemampuan penguasaan materi
1.
Jelaskan
hubungan antara sekolah dengan masyarakat;
2.
Sebutkan
fungsi-fungsi sekolah dalam kehidupan masyarakat;
3.
Apa
pengaruh perubahan sosial terhadap pendidikan;
4.
Jelaskan
hubungan kebudayaan dengan pendidikan.
Ø Presentasi
DAFTAR
PUSTAKA
-
Drijarkara.
1980. Drijarkara tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
-
Suparlan
Suhartono. 2009. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
-
Wiwik
Kusdaryani, Trimo. Landasan Kependidikan, Semarang, IKIP PGRI Press.
ayo tingkatkan lagi
BalasHapus