|
Diklat Teknis
Penelitian Tindakan Kelas
Guru PLB
Disajikan Oleh : Budi
Susetyo
Direktorat Pendidikan Luar
Biasa
2005
SISTEMATIKA
PROPOSAL PTK
1. JUDUL
Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat
permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya
pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana
namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian
formal.
2. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya
diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk
itu, harus ditunjukkkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari
pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil
penelitian –penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan
argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan
ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda
dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.
3. PERMASALAHAN
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui
PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar
– benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan
perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud
seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan
PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi
masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan
yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam
bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun,
sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.
4. CARA PEMECAHAN MASALAH
Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya
mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis
masalah. Disamping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan hasil
pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan implementasi
program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya.Juga harus
dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian
formal.
5. TUJUAN PENELITIAN DAN
MANFAAT PENELITIAN
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan
sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten
dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya.
Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai
contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi
siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru,
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya.
Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan
tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara
obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.
Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan
kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik
keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris
langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK,
bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik
guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan
ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun
kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
6. KERANGKA TEORETIK DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam
arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan
alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini
diuraikan kajian baik pengalaman
peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain
disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan.
Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras kerangka
konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.
7. RENCANA PENELITIAN
- Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut
dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut
seperti komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang
mungkin relevan dengan permasalahan,tingkat kemampuan dan lain sebagainya.
Aspek substantive permasalahan seperti Matematika kelas II SMPLB atau bahasa
inggris kelas III SMLB, juga dikemukakan pada bagian ini.
- Variabel yang diselidiki
Pada bagian ini ditentukan variabel – variabel
penelitian yang dijadikan titik – titik incar untuk menjawab permasalahan yang
dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan
siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan
belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti
interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru,
cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan
sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan
siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap
terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan
sebagainya.
- Rencana Tindakan
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan
pembelajaran, seperti :
1)
Perencanaan, yaitu persiapan yang
dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry
behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan
scenario pembelajaran, pengadaan alat – alat dalam rangka implementasi PTK, dan
lain – lin yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternative – alternative solusi yang
akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru
dengan dosen LPTK juga dikemukakan pada bagian ini.
2)
Implementasi Tindakan yaitu
deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan
prosedur tindakan yang akan diterapkan.
3)
Observasi dan Interpretasi yaitu
uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan
produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
4)
Analisis dan Refleksi yaitu uraian
tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan
dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang
akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.
- Data dan cara pengumpilannya
Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data
yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan
perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai
keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan.
Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan
juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif,
pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai
kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran
interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan
berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan
data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru juga
harus aktif sebagai pengumoul data, bukan semata – mata sebagai sumber data.
Akhirnya semu teknologi pengumpulan data yang
digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin
saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi
perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang
dalam rangka analisis dan interpretasi data.
- Indikator kinerja
Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan
perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk
tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa
misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan
(njumlah jenis dan atau tingkat kegawatan)miskonsepsi yang tertampilkan yang
patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
- Tim peneliti dan tugasnya
Pada bagian ini hendaknya dicantumakan nama – nama
anggota tim peneliti dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta
jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.
8.
JADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang
menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
9.
RENCANA ANGGARAN
1.
Komponen – komponen pembiayaan
Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan financial
untuk tahap persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan.
Secara lebih rinci, pembiayaan yang termasuk dalam setiap bidang adalah
sebagai berikut :
- Persiapan
Kegiatan persiapan antara lain meliputi pertemuan
anggota tim peneliti untuk menetapkan jadwal penelitian dan pembagian kerja,
menyusun instrument penelitian, menetapkan format pengumpulan data, menetapkan
teknik analisis data, dan sebagainya.
- Kegiatan operasional di lapangan
Dalam kegiatan operasional dapat tercakup antara lain
pelancaran tes diagnostic dan analisis hasilnya, gladi resik implementasi
tindakan, perbaikan, pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi
pelaksanaan tindakan perbaikan, pertemuan refleksi, perencanaan tindakan ulang,
dan sebagainya.
- Penyusunan Laporan Hasil PTK
Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah
penyusunan konsep laporan, review konsep laporan, penyusunan konsep laporan
akhir. Seminar local hasil penelitian, seminar nasional hasil penelitian, dan
sebagainya. Juga termasuk dalam pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman
laporan hasil PTK, serta pembuatan artikel hasil PTK dalm bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris
2.
Cara Merinci Kegiatan dan
Pembiayaan
Biaya penelitian harus dirinci berdasarkan kegiatan
operasional yang dijabarkan dari metodologi yang dikemukakan. Agar dapat
dihitung biayanya, kegiatan operasional itu harus jelas namanya, tempatnya,
lamanya, jumlah pesertanya. Sarana yang diperlukan dan output yang diharapkan.
1)
Beberapa patokan pembiayaan satuan
kegiatan penelitian
a.
Honorarium
1)
Ketua Peneliti
2)
Anggota tim peneliti
3)
Tenaga Administrasi
Besarnya honorarium tergantung pada sumber pandanaan
b.
Bahan dan Peralatan penelitian
1)
Bahan habis pakai
2)
Alat habis
3)
Sewa alat
c.
Perjalanan
1)
Biaya perjalanan sesuai dengan
ketentuan
2)
Transportasi local sesuai harga
setempat
3)
Lumpsum termasuk konsumsi sesuai
dengan ketentuan
4)
Monitoring dari PGSM minimal untuk
satu orang, satu kali, selama dua hari
5)
Konsultasi ketua tim peneliti ke
PGSM selama dua hari
d.
Laporan Penelitian
1)
Penggandaan
2)
Penyusuinan artikel berbahasa Indonesia dan
inggris
3)
Pengiriman
e.
Seminar
1)
Seminar lokal, konsumsi sesuai
harga setempat, biaya penyelenggaraan sesuai dengan harga setempat
2)
Seminar nasionala minimal untuk
dua orang (satu dosen LPTK dan satu guru pelaku PTK)
D.
Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun menurut
urutan abjad pengarang . hendaknya pustaka benar – benar relevan dan sungguh –
sungguh dipergunakan dalam penelitian.
LAMPIRAN DAN LAIN – LAIN
Bagian lampiran dapat berisi
curriculum vitae ketua dan para anggota tim inti. Curriculum vitae tersebut
memuat identitas ketua anggota tim peneliti, riwayat pendidikan, pelatihan di
bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik sebagai penatar/pelatih
maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam penelitian termasuk di PTK.
Hal – hal lain yang dapat
memperjelas karakteristik kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam
usulan penelitian ini.
Proposal PTK
PENGGUNAAN CD
PENGAJARAN BICARA SEBAGI SUPLEMEN
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA
DALAM
PRAKTEK PENGAJARAN BICARA KONSONAN S
PADA ANAK TUNARUNGU
Disusun Oleh :
Budi Susetyo,dkk
JURUSAN PENDIDIKAN
LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2005
A.
Judul Penelitian :
Penggunaan CD pengajaran bicara sebagai suplemen untuk
meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam praktek pengajaran bicara konsonan S
pada anak Tunarungu
B.
Latar Belakang
Mata kuliah artikulasi merupakan mata kuliah yang
khusus diberikan pada mahasiswa spesialisasai anak tunarungu. Mata kuliah ini
mempunyai dua aspek sasaran yang ingin dicapai yaitu pengetahuan tentang cara –
cara pengajaran bicara dan keterampilan dalam memperbaiki serta membentuk
bicara pada anak tunarungu.
Mata kuliah artikulasi I berisikan konsep – konsep dasar pembinaan bicara
pada ank tunarungu. Oleh karena itu pada mata kuliah artikulasi I lebih
menekankan pada aspek kognitif. Pengetahuan diperlukan sebagai dasar dalam
mealkukan perbaikan bicara pada anak tunarungu. Sedangkan mata kuliah
artikulasi II lebih menekankan pada praktek penanganan bicara anak tunarungu.
Oleh karena itu aspek keterampilan mahasiswa dalam menangani anak tunarungu lebih
ditekankan.
Mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan artikulasi belum menunjukkkan hasil
yang memuaskan terutama dalam praktek penanganan dan pembentukan bicara pada
anak tunarungu. Hal ini tampak dari hasil yang diberikan mahasiswa setelah
melakukan praktek di lapangan. Pada umumnya mereka mengalami kesulitan,
sehingga dalam menagani dan memperbaiki bicara belum memuaskan. Kondisi semacam
ini jika dianalisis banyak faktor penyebabnya salah satunya terbatasnya
kemampuan mahasiswa dalam menggunakan audio visual dalam pengajaran
konsonan S pada anak tunarungu.
Menyadari banyak faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kekurang
berhasilan, maka dalam pembelajaran mata kuliah artikulasi perlu dikaji faktor
utama yang memungkinkan sebagai penyebab kesulitan yang dihadapi mahasiswa.
Melalui pengkajian dapat ditemukan dan sekaligus ditentuakn langkah – langkah
untuk memperbaikinya. Berbagai upaya telah dilakukan dalam memperbaiki system
perkuliahan antara lain dengan memanfaatkan fasilitas laboratorium semaksimal
mungkin untuk simulasi, perubahan penyampaian materi perkuliahan, penambahan
waktu praktek lapangan. Beberapa usaha telah dilakukan, tetapi belum
menunjukkan hasil yang memuaskan, terutam adlam keterampilan memperbaiki bicara anak. Atas dasar kenyataan yang
demikian, maka perlu dicari alternative lainnya dengan melakukan inovasi
–inovasi baik dalam metode penyampaian maupun penggunaan fasilitas laboratorium
serta pemanfaatan multi media untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
menangani permasalahan bicara terutama pembentukan konsonan S pada anak
Tunarungu yang tidak dapat bicara.
Peningkatan kualitas mahasiswa dapat dilakukan melalui peningkatan
kemampuan dalam bidang pengetahuan dan bidang keterampilan. Peningkatan dalam
bidang pengetahuan dapat dilakukan dengan mengkaji berbagai literature,
memperhatikan perkuliahan dosen di kelas dan sebagainya. Peningkatan dalam
bidang keterampilan perlua adanya praktek dalam penanganan dan pembentukan bicara
pada subyek yang sesungguhnya yaitu anak tunarungu. Kemampuan dalam bidang
keterampilan perlu dilakukan secara sendiri –sendiri oleh mahasiswa dengan
praktek di lapangan. Penguasaan pengetahuan secara teoritis diperlukan sebagai
media untuk menguasai keterampilan secara praktis. Satu kelemahan yang sering
terjadi khususnya mahasiswa adalah penguasaan pada bidang keterampilan atau
pada aplikasi di lapangan. Penggunaan audio visual dalam praktek pembentukan
konsonan S pada anak tunarungu selama ini belum banyak dilakukan oleh
mahasiswa.
c.
Perumusan masalah
Permasalahan yang terjadi pada mata kuliah artikulasi
yaitu tidak adanya subyek (anak tunarungu) untuk praktek di dalam kampus. Untuk
mengatasi permasalahan diatas dilakukan praktek di berbagai SLB-B. Dengan
demikian waktu pertemuan dalam pengajaran bicara sangat terbatas, sehingga
menyulitkan mahasiswa untuk trampil melakukan perbaikan bicara pada anak. Untuk
itu perlu dilakukan inovasi – inovasi dalam perkuliahan, sehingga kemampuan
mahasiswa dalam praktek pembentukan konsonan/vocal dapat meningkat. Inovasi
yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu memanfaatkan fasilitas yang dimiliki
jurusan dan teknologi multi media semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran.
Adapun inovasi yang dipilih dalam meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
penggunaan audio visual sebagai sarana pembelajaran. Dengan demikian diharapkan
kesulitan mahasiswa dalampraktek pembentukan bicara yaitu konsonan S pada anak
tunarungu dapat teratasi seefektif dan efisien mungkin.
d.
Cara Pemecahan Masalah
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, yaitu melakukan percobaan
– percobaan dengan memggunakan media CD pembelajaran bicara yang dilakukan di
laboratorium/kelas yang diberikan tentang teknik – teknik perbaikan bicara.
Adapun langkah – langkah sebagai berikut :
- Penyiapan dengan menyusun rencana topic materi sesuai dengan tingkat kesulitan pada masing – masing konsonan maupun vocal.
- Memperlihatkan kepada mahasiswa masing – masing teknik dalam memperbaiki bicara lengkap dengan penggunaan berbagai sarana pembelajaran dan peralatan peraga yang di perlukan.
- Melakukan diskusi tentang berbagai teknik perbaikan bicara.
- Mengumpulakan dan menganalisis data.
Untuk lebih jelasnya, maka desain inovasi yang digunakan dalam
pembelajaran dapat dilihat pada bagian di bawah ini :
Bagan desain pembelajaran artikulasi II
dengan CD pembelajaran bicara
|
|||||||
|
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui
kegiatan penelitian adalah menemukan pembelajaran yang efektif dan efisien
dalam pembentukan bicara pada konsonan S pada anak tunarungu.
F.
Kontribusi/Manfaat Penelitian
Kontribusi yang ingin dicapai adalah
bertambahnya wawasan pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam
pendidikan luar biasa serta dapat diaplikasi secara praktis di lapangan dan di
kelas sebagai salah satu bentuk pembelajaran di ruang kuliah, sehingga
mahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam pembentukan konsonan S. dengan
demikian inovasi yang telah ditemukan dapat digunakan dalam pengajaran bicara
yaitu pembentukan konsonan S pada siswa tunarungu.
G.
Tinjauan Pustaka dan Hipotesis
Tindakan
- Tinjauan Pustaka
- Pembelajaran bicara (konsonan s)
Belajar adalah kegiatan para siswa,
baik dengan bimbingan guru atau dengan usaha sendiri. Pendidik berusaha
membantu agar siswa belajar lebih terarah, cepat, lancer, dan berhasil baik.
Atau istilah lain dengan membelajarkan siswa. Pembelajaran agar berhasil perlu
dilaksanakan ssistematis, secara bulat dengan mempertimbangkan segala aspek.
Sebelum mengenal pembelajaran secara
khusus perlu mengenal pembelajaran secara umum. Pembelajaran di dalam kelas
baik secara klasikal atau individual dibutuhkan adanya model pembelajaran.
Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu pengertian model secara umum. Model
dalam kehidupan sehari – hari merupakan suatu pola yang di contoh, baik dalam
bentuk fisik suatu hasil kerja atu suatu pola tertentu menghasilkan perilaku
belajar yang baik. Model pembelajaran merupakan penyederhanaan dari hubungan
berbagai komponen yang ada dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Komponen
– komponen pembelajaran meliputi : metode belajar, sarana dan prasarana, guru,
siswa, kurikulum, alat evaluasi, dan sebagainya. Menurut Zamroni, (1988:79),
mengatakan model merupakan inti dari teori dalam bentuk sederhana , sehingga
mudah dibaca dan dipahami. Sedangkan menurut Winardi (1986:53-55), mengatakan
ada tiga cara untuk menyatakan model, yaitu : (1) secara verbal menerangkan
dengan kata – kata, (2) secara grafis yaitu menerangkan dengan menyajikan
diagram, dan (3) secara matematis pada ilmu pasti.
Ada
beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar
pada anak tunarungu yaitu :
- Prinsip Bimbingan
Bimbingan dapat diartikan suatu
proses bantuan atau tuntutan terhadap individu melalui usahanya sendiri untuk
menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi
dan kemanfaatan sosial. Layanan pengajaran merupakan bantuan kepada siswa dalam
mengatasi kesulitan – kesulitan dalam kegiatan pengajaran sehingga mereka dapat
mengembangkan kemampuannya secara optimal.
- Prinsip Pengayaan
Pengayaan dalam pembelajaran
dimaksudkan dengan adanya pengayaan pada kurikulum yang dipelajari oleh siswa.
Kemampuan siswa dapat ditingkatkan melalui perluasan kurikulum yang dipelajari
akan mengakibatkan pengetahuan mahasiswa semakin luas dan mendetail. Pengayaan
kurikulum dilakukan melalui tiga
pendekatan yaitu : berorientasi pada proses, berorientasi pada konten,
materi yang harus dipelajari, dan berorientasi pada produk atau hasil.
- Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan suatu system
belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa tujuan (basic learning
objective) tertentu secara tuntas. Penguasaan terhadap tujuan sehingga dapat
dikatakan tuntas memiliki standar tertentu sesuai dengan tuntutan masing –
masing tujuan yang hendak dicapai. Pencapaian standar dalam belajar tuntas pada
umumnya para siswa diharapkan minimal menguasai 85 % dari jumlah populasi
peserta didik dan dari 85 % siswa harus menguasai sekurang – kurangnya 75 %
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
- Individu dalam proses pembelajaran
Individu sebagai peserta dalam proses
pembelajaran memilikiperbedaan antara individu yang satu dengan yamg lainnya
dalam berbagai hal, yaitu : waktu dan irama perkembanagan , motif, intelegensi,
dan emosi, kecepatan belajar, dan pembawaan dan lingkungan. Perbedaan –
perbedaan tersebut dalam individu akan mengakibatkan hasil belajar yang dicapai
akan berbeda – beda pula. Oleh karena itu dalam pembelajaran pendidik bertugas
memberikan pelayanan yang tepat dan menyediakan waktu yang cukup, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai semaksimal mungkin oleh siswa.
- Media (Alat Bantu) dalam pembelajaran
Bahan pengajaran adalah seperangkat
materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu
pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya
tujuan pengajaran. Metodologi pengajaran adalah metode dan teknik yang
digunakan dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran
sampai kepaad siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran.
Dalam metodologi ada dua aspek yang paling menonjol,
yaitu metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar.
Sedangkan penilaian adalh alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai
tidaknya suatu tujuan pengajaran.
|
|
|
|
Gambar
2.1 Pola pembelajaran dibantu media (Arifin,2000)
Dalam
praktek pembelajaran sebenarnya tidak
ada pola yang kaku antar komponen pembelajaran. Pola kombinasi yang lengkap
dapat digambarkan sebagai berikut :
Salah
satu gambar yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar
adalah Dale’s Cone of Experience
(Kerucut Pengalaman dale). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari
konsep tiga tigkatan pengalaman yang dikemukakan oleh bruner. Hasil belajar
seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang
ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan sampai
kepada lambing verbal (abstrak). Semakin diatas puncak kerucut semakin abstrak
media penyampai pesan itu. Perlu dicatat bahwa urut – urutan ini tidak berarti
prosesw belajar dan interaksi mengajar belajar harus selalu dimulai dari
pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok
siswa yang dihadapi mempertimbangkan situasi belajarnya.
Gambar 2.3 Kerucut
Pengalaman Edgar Dale (Hamalik, 1994)
Dasar pengembanagan kerucut di atas
bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan, jumlah jenis indera
yang turut serta selama penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman
langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai
informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena
melibatkan indera pengluhatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba.
Ini dikenal dengan Learning by doing
karena memberi dampak langsung terhadap pemerolehan dan pertumbuhan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa.
a.
Penggunaan Komputer dalam
Pembelajaran
Teknologi informasi (TI) merupakan salah satu bagian
teknologi yang berkembang dengan pesat dan aplikasinya sangat luas dewasa
ini.aplikasi TI yang nyata misalnya dengan hadirnya multimedia dan web, dalam
bidang pendidikan yang melahirkan terobosan baru dalam meningkatkan efisiensi
dan efektifitas proses pembelajaran.
Komputer telah diterapkan dalam bidang pendidikan
semenjak awal perkembangannya. Walaupun sangat bersifat administrative yaitu
berupa pembuatan aplikasi database dan komputerisasi, namun dalam
bentuk yang awal tersebut sudah mulai memasuki aspek pendidikan yang manual dan
modul kerja sampai pada bentuk simulasi sederhana dalam suatu proses misalnya
dalam kegiatan industri, penelitian dan administrasi.
Berkembangnya hardwere komputer dalam
2 dekade terkhir dari mainframe yang mahal sampai PC dalam bentuk sekarang yang
kemampuannya secara bertahap telah meningkat drastis, memungkinkan penggunaan
komputer dalam pendidikan paad berbagai bentuknya, seperti yang paling akhir
ini, pendidikan jarak jauh lewat internet dan softwere pengajaran berbagai
bidang studi dalam bentuk CD softwere multimedia yang memuat animasi, film,
gambar, musik dan suara yang interaktif.
Pengajaran dengan bantuan komputer dikembangkan dari
model belajar terprograma (programmed
instruction). Belajar terprograma ini merupakan istilah umu pada system
belajar yang berbeda untuk tingkat – tingkat berbeda pula. Penekanannya
terletak paad perlunya respon dengan tujuan untuk pembentukan hasil belajar
melalui control dari feedback atau reinforcement (pemberian support yang akan berpengaruh pada
psikologis siswa)
b.
Multimedia dalam pembelajaran
bicara
Penggunaan komputer dalam
pembelajaran kimia sebenarnya sudah ada sejak beberapa decade terakhir. Bahkan
dalam beberapa tahun terakhir, buku – buku teks banyak dilengkapi dengan
softwere (multimedia) yang merupakan suplemen materi. Suplemen tersebut
biasanya berisikan hal – hal yang tidak dapat dihadirkan langsung oleh buku,
misalnya peristiwa – peristiwa yang terjadi secara kebetualn atau sengaja
dilakukan.
Penggunaan multimedia dalam pembelajaran bicara belum
banyak diteliti, sehingga hasilnya belum
banyak dipublikasikan. Namun pada beberapa penelitian di bidang lain
menunjukkan bahwa penggunaan multimedia tersebut dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam memahami konsep – konsep (sanger,2001)
Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahn besar tersebut ialah dengan memanfaatkan multimedia yang dapat
mempresentasikan semua domain berpikir dalm pembelajaran bicara. Multimedia
tersebut haruslah memfasilitasi mahasiswa untuk berpikir baik dari segi konsep
maupun praktis.
Penggunan alat bantu pengajaran
sangat membantu mahasiswa peserta didik CD pembelajaran bicara merupakan salah
satu alat bantu pembelajaran memiliki peranan yang sangat membantu dalam
menjelaskan hal – hal abstrak menjadi jelas dan sederhana serta lebih efisien
dalam waktu. Melalui multimedia dapat dipergunakan untuk menganalisis kegiatan
praktek yang dilakukan oleh masing –
masing mahasiswa. Dengan audio visual dapat dilakukan analisis pada kegiatan
pembelajaran yang kemudian dapat dilakukan berbagai analisis dari kelebihan dan
atau kesalahan yng dilakukan oleh mahasiswa dalam pembentukan bicara anak
tunarungu. Melalaui analisis tersebut, hasil praktek yang telah direkam, dapat
diketahui mana yang perlu perbaikan jika terjadi kesalahan dalam praktek.
Proses pembelajaran selanjutnya berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan
dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih baik. Pengajaran bicara, paad
anak tunarungu sangat diperlikan adanya peralatan bantu yang memadai, karenha
anak tersebut telah memiliki permasalahan dalam pendengarannya.
c.
Tunarungu dan permasalahannya
1)
Pengertian
Tunarungu adalah peristilahan secara
umum yang diberikan kepada anak yang mengalami kehilangan/gangguan pendengaran,
sehingga ia mengalami gangguan dalam melaksanakan kehidupan sehari – hari.
Secara garis besar tunarungu dibedakan menjadi dua yaitu tuli dan kurang
dengar. Menurut Smith, M (1975:392-394); tuli bilaman mengalami kerusakan
pendengarannya dalam taraf yang berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi.
Kurang dengan bilamana ia mengalami kerusakan pendengarannya dalam taraf yang
berat, sehingga pendengarannya tidak berfungsi. Kurang dengan bilaman ia
mengalami kerusakan pendengaran, tetapi alat pendengarannya masih berfungsi.
2)
Karakteristik Tunarungu
Ada
beberapa karakteristik tunarungu yaitu :
a)
Intelegensi
Karakteristik dalam segi intelegensi,
secara potensial tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya; ada yang
pandai, sedang, dan bodoh. Namun demikian secara fungsional intelegensi mereka
berada di bawah anak normal. Hal ini disebabkan karena kesulitan dalam memahami
bahasa.
b)
Emosi dan sosial
Keterbatasan yang terjadi dalm
berkomunikasi pada tuanrungu mengakibatkan perasaan terasing dari
lingkungannya. Tunarungu mampu melihat semua kejadian, akan tetapi tidak mampu
untuk memahami danmengikuti secra menyeluruh, sehingga menimbulkan emosi yang
tidak stabil, mudah curiga dan kurang percaya pada diri sendiri. Dalam
pergaulan cenderung memisahkan diri terutama dengan orang normal, hal ini
disebabkan keterbatasan dalam berkomunikasi secara lisan.
c)
Bahasa dan Bicara
Tunarungu dalam segi bahasa dan
bicara mengalami hambatan, hal ini disebabkan adanya hubungan yang erat antara
bahasa dan bicara denagn ketajaman pendengaran, mengingat bahasa dan bicara
merupakan hasil dari proses peniruan. Sehingga tunarungu dalam segi bahasa yang
dimiliki ciri yang khas yaitu sangat terbatas dalam kosa kata, sulit
mengartikan arti kiasan, kata – kata yang abstrak.
3)
Media Komunikasi Tunarungu dalam
Belajar
Media komunikasi tunarungu ada tiga
yaitu : oral, isyarat, dan komunikasi total.
a)
Media oral
Media yang digunakan tunarungu dalam
belajar menggunakan bicara. Proses belajar mengajar yang diberikan oleh guru
kepada tunarungu menggunakan media bicara sebagaimana proses pembelajaran pada
anak normal dalam mengikuti pelajaran di kelas. Sebagai konsekuensi logis dalam
menggunakan media oral yaitu guru harus mengajarkan bicara ada tunarungu.
b)
Media Isyarat
Media yang digunakan oleh guru dalm
proses pembelajaran menggunakan isyarat – isyarat sebagai pengganti kata huruf,
tidak menggunakan media bicara.Isyarat yang digunakan kadang – kadang masih
bersifat lokal sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan sesame tunarungu di
tempat lain. Untuk mengatasi masalah tersebut telah disusun kamus isyarat
bahasa Indonesia.
Oleh karena itu semua tunarungu harus belajar isyarat tersebut.
c)
Media komunikasi total
Komunikasi total merupakan perpaduan
dari kedua media yang terdahulu. Media ini digunakan secara bersama – sama
dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Dengan harapan bila siswa tidak
mengerti dari bentuk ucapannya,
diharapkan siswa dapat mengerti melalui isyaratnya. Untuk itu tunarungu harus
belajar bicara dan belajar isyarat.
4)
Metode pengajaran yang efektif
bagi tunarungu
Untuk menentukan metode yang efektif bagi tunarungu,
langkah yang pertama adalah memahami segala karakteristik tunarungu terutama
dalam segi bahasa dan langkah yang kedua adalah ciri khas tunarungu adalah
visual/pemata. Dalam pembelajaran tidak perlu menggunakan kata – kata yang
sulit untuk dipahami tunarungu, apalagi menggunakan kata yang abstrak, tetapi
menggunakan kata – kata yang singkat, jelas dan nyata (jika memungkinkan).
Dalam proses pembelajaran segala sesuatu yang diucapkan guru atau
diisyaratkan harus berada di jangkauan
mata (dapat dilihat) tuanrungu, jika tidak dapat dilihat oleh anak tunarungu
maka pembelajaran tidak ada manfaatnya.
5)
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dari pengertian belajar, model
pembelajaran, prinsip – prinsip belajar dan individu sebagai peserta didik maka
kegiatan pembelajaran diperlukan adanya keterpaduan diantara komponen dalam
belajar. Keterpadauan ini berlaku disemua jenjang pendidikan termasuk di
sekilah luar biasa. Penggunaan alat bantu pengajaran sangat membantu peserta
didik audio visual salah satu alat bantu pembelajaran memiliki peranan yang
sangat membantu dalam menjelaskan hal – hal abstrak menjadi jelas dan sederhana
serta lebih efisien dalam waktu. Audio visual dapat dipergunakan untuk
menganalisis kegiatan praktek yang dilakukan oleh masing – masing mahasiswa.
Dengan audio visual dapat dilakukan analisis pada proses pembelajaran yang
kemudian dapat dilakukan berbagai analisis dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan dalam kelas dan menganalisis segi kelebihan dan atau kesalahan
yang dilakukan oleh mahasiswa dalam pembentukan direkam, dapat diketahui mana
yang perlu perbaikan jika terjadi kesalahan dalam praktek. Proses pembelanjaran
selanjutnya berdasrkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan demikian
hasil yang diharapkan akan lebih baik. Pengajaran bicara, konsonan S pada anak
tunarungu sangat diperlukan adanya peralatan bantu yang memadai, karena anak
tersebut telah memiliki permasalahan dalam pendengarannya. Sebelum mereka
diajarkan berbagai pengetahuan, mereka
perlu ditangani terlebuh dahulu pada komunikasi secara lisan (bicara).
Pembentukan bicara pada anak tunarungu merupakan pekerjaan yang tidak mudah
perlu dicari inovasi – inovasi dalam pembelajaran bicara , sehingga kesulitan
yang dihadapi para pendidik dana calon pendidik dapat terpecahkan.
Berdasarkan uraian diatas maka
diajukan hipotesis tindakan yaitu penggunan CD pengajaran bicara sebagai
suplemen dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam praktek pengajaran
bicara konsonan S pada anak tunarungu di SLB-B.
G.
Rencana Penelitian
- Setting penelitian
Penelitian dilakjukan di laboratorium dengan melihat
tayangan CD mengenai pembelajaran konsonan S denga segala permasalahannya dan
SLB B sebagai tempat praktek pembelajaran pembentukan konsonan.
- Variabel
Variabel yang menjadi sasaran dalam rangka PTK adalah
peningkatan keterampilan mahasiswa dalam melakukan praktek
pembentukan/perbaikan konsonan S pada anak tunarungu di SLB-B. Di samping
variable tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu : 1) input: sarana pembelajaran, lingkungan
belajar, bahan ajar, guru, siswa, prosedur evaluasi dsb. 2) proses KMB: Interaksi belajar, gaya guru mengajar, implementasi berbagai
metode perbaikan konsonan S dsb. 3)Out
put : Hasil belajar siswa beruapa ucapan konsonan S pada waktu berbicara,
motivasi siswa, dsb.
- Rencana Tindakan
1)
Perencanaan
Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa setelah memperoleh pengetahuan
secara teoritik perlu di tingkatkan dengan kegiatan dilaboratorium. Kegiatan
latihan ini untuk pembetulan konsonan S dengan simulasi sesame mahasiswa dengan
berbagai teknik perbaikan guan memperoleh keterampilan nyata yang sesungguhnya.
Pada simulasi ini dikaji mulai dari mengetahui jenis kesulitan ynag dialami
siswa pada konsonan S, termasuk sarana yang akan digunakan. Kegiatan simulasi
jika dipandang cukup maka kegiatan dilanjutkan dengan pemberian penanganan pada siswa tuanarungu secara
langsung di lapangan (SLB-B) dan dilakukan perekaman.
2)
Implementasi Tindakan
Rencana yang telah disusun dicobakan
sesuai dengan langkah yang telah dibuat yaitu proses perbaikan konsonan S pada
anak Tunarungu.
3)
Observasi dan Implementasi
Observasi ini dilakaukan untuk
melihat pelaksanaan apakah semua rencana yang telah dibuat dengan baik tidak
ada penyimpangan – penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang
maksimal dalam perbaikan konsonan S pada anak tunarungu. Observasi dilakukan
oleh teman sejawat dalam satu tim dan juga dilakukan perekaman lewat video
record.
4)
Analisis dan Refleksi
Hasil kegiatan pembentukan konsonan S
yang telah direkam, diputar kembali untuk dianalisis untuk mengetahui kegagalan
atau kesalahan yang dialami oleh praktikan dan kemudian didiskusikan dengan
dosen dan sesame mahasiswa untuk mencari penyelesaiannya yang efektif pada
kegiatan pembentukan bicara berikutnya pada tahap berikutnya.
- Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui observasi
baik secra manual maupun melalui perekaman video, khususnya untuk data langsung
prosedur/proses. Data ini digunakan untuk melihat proses/prosedur pelaksanaan
perbaikan konsonan S dan akan digunakan sebagai dasar penilaian pada segi
perencanaan kegiatan. Disamping itu data dikumpulkan melalui tes untuk mengukur
kemampuan siswa dalam mengucapkan konsonan S. Data ini diperlukan untuk
menentukan keberhasilan perencanaan perbaikan konsonan S yang telah dibuat.
- Indikator kinerja
Sebagai tolak ukur keberhasilan bagi mahasiswa yaitu
anak tunarungu dapat mengucapkan konsonan S. Indikator
ini merupakan tempat dari rencana yang telah dibuat dan imlikasinya dalam
rangka memperbaiki konsonan S pada anak Tunarungu.
- Personalia Penelitian
1. Ketua peneliti :
a. Nama Lengkap
dan Gelar : Drs. Budi
Susetyo,M.Pd
b. Golongan /
pangkat / NIP :
IVa/Pembina/131 662 488
c Jabatan
Fungsional :
Lektor Kepala
d.
Fakultas/jurusan :
FIP/Pendidikan Luar Biasa
e. Perguruan
Tinggi : UPI
f. Bidang
Keahlian :
Pend. Aank Tunarungu/Penelitian dan
Evaluasi
g. Waktu untuk
penelitian ini : 15 Jam/minggu
h. Tugas :
1. Bertanggung
jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan
2. Menyusun
perencanaan PBM berbasis multi media
3. Terlibat dalam
semua jenis kegiatan
4. Mentyusun
Laporan
2. Anggota
Peneliti 1 (teman sejawat)
a. Nama lengkap
dan gelar :
b.
Golongan/pangkat/NIP :
c. Jabatan
Fungsional :
d.
Fakultas/jurusan :
e. Perguruan
Tinggi :
f. Bidang
keahlian :
g. Waktu untuk
penelitian ini :
h. Tugas :
1. Menganalisis
konsep yang ada di GBPP
2. Menyusun
perencanaan PBM berbasis multi media
3.
Menyusun instrument
g.
Jadwal pelaksanaan
No
|
Jenis
Kegiatan
|
Bulan
Ke
|
|
|
1
|
1
|
Penyusunan
Proposal
|
|
2
|
Analisis
Pokok Bahasan dan Media
|
|
3
|
Pendesainan
media pembelajaran yang digunakan
|
|
4
|
Pelaksanaan
PBM dengan audio visual
|
|
5
|
Evaluasi
Hasil Belajar Siswa
|
|
6
|
Evaluasi
Proses Pembelajaran
|
|
7
|
Analisis
hasil evaluasi
|
|
8
|
Seminar
hasil penelitian
|
|
9
|
Penyusunan
Laporan
|
|
h.Biaya yang
diusulkan
Rekapitulasi biaya
No
|
Uraian
|
Jumlah Biaya (Rp)
|
1
|
Honor Pelaksana
|
Rp. 1.340.000
|
2
|
Bahan habis
pakai
|
Rp. 1.840.000
|
3
|
Peralatan
|
Rp. 2.800.000
|
4
|
Perjanjian
|
Rp. 800.000
|
5
|
Lain – lain
|
Rp. 300.000
|
|
Jumlah Biaya
|
Rp. 7.080.000
|
Rincian Biaya yang
diusulkan
1. Honor
Pelaksana
Pelaksana
|
jumlah
|
Jml jam/mig
|
Jml mig/bl
|
Honor/jam
|
Jumlah
|
Ketua
|
1
|
15
|
32
|
Rp. 2000
|
Rp. 960.000
|
Anggota
|
1
|
10
|
32
|
Rp. 1500
|
Rp. 480.000
|
|
|
|
|
Jumlah
|
Rp. 1.340.000
|
2. Bahan habis
pakai
Bahan
|
Jumlah
|
Biaya
|
Jimlah
Biaya
|
Disket
|
1
boks
|
Rp.
50.000
|
Rp.
50.000
|
ATK
|
2
set
|
Rp.
150.000
|
Rp.
300.000
|
Kertas
HVS
|
5
rim
|
Rp.
30.000
|
Rp.
150.000
|
Tinta
Printer
|
2
buah
|
Rp.
200.000
|
Rp.
400.000
|
Transfer
ke CD
|
10
buah
|
Rp.
30.000
|
Rp.
300.000
|
Pita
Video
|
10
buah
|
Rp.
40.000
|
Rp.
400.000
|
CD
|
20
buah
|
Rp.
7000
|
Rp.
140.000
|
Akses
Internet
|
|
|
Rp.
100.000
|
|
|
Jumlah
|
Rp.
1.840.000
|
3. Peralatan
Jenis
Peralatan
|
Spesifikasi
|
Jumlah
|
Komputer
dan Printer
|
Sewa
|
Rp.
1.250.000
|
Proyektor
LCD
|
Sewa
|
Rp. 500.000
|
Handycam
|
Sewa
|
Rp. 750.000
|
VCD
|
Sewa
|
Rp. 300.000
|
|
Jumlah
|
Rp.
2.800.000
|
4. Perjalanan
Perjalanan
|
Volume
|
Biaya
|
Jumlah
|
Lokal,
Ketua
|
1
x 32
|
Rp.
10.000
|
Rp.
400.000
|
Lokal
Anggota
|
1
x 32
|
Rp.
10.000
|
Rp.
400.000
|
|
|
Jumlah
|
Rp.
800.000
|
5. Lain –lain
Uraian
|
Jumlah
|
Foto
copy
|
Rp.
300.000
|
Jumlah
|
Rp.
300.000
|
DAFTAR
PUSTAKA
Boothroyd,A. (1982). Hearing
Impairments inYong Children. Practice Hall Inc.
Engelewoods
Cliffs.N.Y.
Fram, M. (1985). Auditory Training.
Glendongnald School For Deaf Children.
Victoria. Australia
Hagen,
A. Van. Vermeulen R. dan Jong, M.de. Zikelbach E. (1990). Latihan mendengar. Jakarta
Vembrianto. (1981). Pengajaran Modul. Paramita. Yogyakarta.
Vride Varecmb. (1987). Perbaikan Bicara. BNIKS. Jakarta
Zamroni. (1988). Pengantar
Pengembangan Teori Sosial. Jakarta
Kurikulum
Vitae
1. Nama :
Drs. Budi Susetyo,M.pd.
2. NIP :
131 662 488
3. Pangkat/Golonagan : Penata Tingkat I/IVa
4. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
5. Fakultas :
Ilmu Pendidikan
6. Pengalaman Penelitian :
·
Keefektivan bentuk Tes IPS
bagi anak Tunarungu di Sekolah Dasar Luar Biasa
·
Relevensi Kurikulum SDLB-C
tahun 1994 Mata Pelajaran Matematika dengan kemampuan Aanak Tunagrahita Ringan
di Jabar (1998)
·
Validasi Tes EBTANAS IPS
untuk Sekolah Luar Biasa (2000)
·
Kajian pengembangan
kebijakan penanganan Diskriminasi Sosial (2001)
·
Kesiapan Otonomi daerah
dalam penyelenggaraan Pendidikan (2002)
7. Bidang Keahlian :
Pendidikan Anak Tunarungu (SI)
Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan(S2)
Bandung, 18 Maret
Drs. Budi Susetyo,M.Pd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar